Percakapan Di Kereta Bengawan
Malam itu, didalam sebuah kereta ekonomi dalam perjalanan dari Jogja menuju jakarta, seperti biasa...kami selalu ngobrol ngalor ngidul. menceritakan tentang apa saja. Topik tentang Baduy tanpa sengaja meluncur dari mulut saya. Saya selalu suka ketika bercerita tentang Baduy, orang dan alamnya. Tumbu ketemu tutup. Pembicaraan tentang topik ini ditanggapi oleh Pak Jaka n mb Nanik. Sudah sejak awal tahun 2013 saya pengen banget ke baduy lagi, g nyangka..dengan omong-omong iseng, ternyata ada yang kesangkut.
Dan pembahasan pun berlanjut lewat email. Kami memutuskan akan pergi kesana tanggal 4 Januari, pas Pak Jaka g punya tiket untuk pulang ke Jawa. Okey..itinerary pun dibuat. saya mengirimkan email ke beberapa orang. Mencoba mencari tahu juga tentang contact Guide. Kebetulan, contact yang teman saya punya diperjalanan pertama saya ke Baduy sudah hilang. Al hasil, haruslah saya sms n email ke beberapa orang yang kira-kira tahu.
"Mb Indah beneran mau ke Baduy" Kata Lukas
"Aku ada ni temen yang bisa nemenin kesana. Dia suka kalo diminta nemenin ke Baduy.Banyak kenal juga sama orang Baduy"
Sebut saja "Babe"
Pria ini berusia 72 tahun tanggal 23 Januari besok. Wow! satu kata itu yang keluar dari mulut kami ketika melihatnya pertama kali. Bapak ini masih aktif bolak balik ke Baduy dan naik gunung. beberapa hari sebelum mengantar kami, dia baru saja balik dari Baduy, bersama anak-anak imada. Perjalanan bekasi-ciboleger-Baduy dipenuhi cerita beliau, tentang apapun. Mulai dari pekerjaannya sebagai wartawan, cerita tentang tahun 70-80an, tentang kearifan baduy, bahkan tentang Soe Hok Gie.
Beliau pertama kali ke Baduy tahun 1960-an. Sangat suka bolak-balik ke Baduy, dan selalu bersemangat menemani orang-orang yang ingin mengunjungi Baduy. Beliau mempunyai Bapak angkat di Baduy Luar. Tempat itu disebut Gazebo. Hampir semua penduduk baduy dalam di Cibeo mengenalnya. Mereka memanggilnya "Utun", nama aslinya.
How To Get There
Perjalanan Harapan Indah - Ciboleger, yang saya tahu bisa ditempuh dengan 3 cara:
Mobil : Via tol bekasi barat - bogor - Parung - Rangkas - Ciboleger
(Sewa mobil Rp 300.000/hari, bensin Rp 230.000 PP)
Angkutan Umum : Kereta Api (Tanah Abang - Rangkas Bitung , th 2011 Rp 2.000)
; Elf (Rangkas Bitung - Ciboleger)
Jalan Kaki : Khusus orang-orang Baduy dalam (atau mungkin bagi anda yang menginginkannya)
Welcome To Baduy
07.30 Kami berangkat dari Tol bekasi barat menuju Ciboleger, 13.30 Kami sampai di Ciboleger.
Mobil kami parkir di rumah teman Babe, di sebuah tempat cuci Mobil sebelum pintu masuk Ciboleger. Setelah persiapan kami selesai, membeli senter, lilin, indomie, dan peralatan lainnya, kami mulai berjalan.
Jalan setapak terasa agak padat, bukan hanya kami yang berniat mengunjungi baduy. Ada dari persatuan guru, ada anak-anak SMP, dan lain-lain.
Kami akan berjalan menuju perkampungan Baduy Luar yang terakhir sebelum masuk ke Baduy Dalam. Apa sih bedanya Baduy Luar dan Dalam? kenapa harus dibedakan?
-Baduy Luar-
-Baduy Dalam-
Dari beberapa referensi, bisa terlihat perbedaan antara Baduy Luar dan Dalam.
Ini yang saya pelajari ketika saya melihatnya langsung:
1. Pakaian
Baduy Luar : Mereka memakai pakaian yang hampir sama dengan kita pada umumnya, namun mereka masih memakai kain berwarna biru yang menjadi ciri khas mereka, untuk menutup bagian bawah mereka. Mayoritas wanitanya memakai kalung emas di lehernya. Kebanyakan para lelakinya sudah menggunakan kaos dan celana seperti kita. Terkadang mereka memakai tutup kepala berwarna hitam.
Baduy Dalam: Mereka memakai kain atasan berwarna putih dan kain berwarna biru tua untuk bawahan. Untuk prianya, mereka memakai tutup kepala berwarna Putih. Baju yang mereka kenakan, hasil jahitan tangan mereka sendiri. rapi dan kuat itu kesan saya ketika menyentuh jahitannya. Seorang ibu juga bercerita, anaknya yang berusia 6 tahun pun sudah bisa menjahit bajunya sendiri.
2. Penggunaan peralatan dari Luar
Baduy Luar: mereka sudah menggunakan senter, lilin, peralatan mandi (seperti sabun, alat cuci piring, dll), Handphone, dan lain-lain
Baduy dalam: mereka menggunakan bahan-bahan dari alam. misal untuk membangun rumah (tanpa palu, paku, dsb. Mereka menggunakan tali dari akar dan rotan, menggunakan bambu, menggunakan pasak sebagai penyambungnya), mereka tidak menggunakan bahan-bahan kimia seperti sabun..mereka menggunakan tanaman untuk membersihkan diri mereka. untuk penerangan mereka tidak menggunakan senter...mereka mengunakan sabut kelapa yang dibakar, atau sumbu minyak didalam botol.
3. Kamar Mandi
Baduy Luar : Baduy Luar mempunyai Kamar mandi di belakang rumah mereka. terpisah dari rumah. Namun hanya bisa dipakai untuk mandi dan buang air kecil. Sedangkan untuk buang air besar, tempatnya tetap di Sungai
Baduy dalam : Mereka tidak mempunyai kamar mandi. Segala proses mandi, mencuci, buang hajat dilakukan di sungai.
4. Penggunaan Kamera
Baduy Luar ; Di wilayah Baduy Luar, kami masih diperbolehkan untuk memotret dan mengambil gambar
Baduy Dalam : Di Wilayah Baduy dalam, peralatan memotret disimpan di tas, kami tidak dieprbolehkan untuk mengambil gambar.
5. Alat Transportasi
Baduy Luar : ketika mereka melakukan jual beli di luar baduy atau pergi ke Jakarta, mereka menggunakan alat transportasi pada umumnya
Baduy Dalam : ketika mereka keluar dari Baduy, kemanapun mereka, mereka berjalan kaki.
6. Berladang
Ada aturan di Baduy Dalam untuk tidak mengubah struktur tanah ketika menggarapnya. dan itu benar-benar nyata, ketika kami melihat mereka menanam padi di perbukitan dengan mengikuti kontur bukit (tidak membuat terasering seperti yang kita lihat biasanya). 1 pertanyaan yang muncul. bagaimana cara mereka menanam di lahan terjal dengan tingkat kemiringan seperti itu?
7. Bahasa, Agama, Pernikahan, melahirkan, dan kematian
Saya bertanya pada beberapa orang di baduy Dalam tentang semua itu. Mereka menjelaskannya dengan ramah dan senang. Bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa sunda. Agamanya adalah Sunda wiwitan. Hari besar agamanya disebut Kawalu (prosesnya bisa berlangsung 3 bulan. Tahun ini jatuh dibulan Februari-April). Pada Bulan itu, Baduy dalam tidak bisa dikunjungi. Mereka sibuk dengan persiapan dan prosesi Kawalu, seperti berburu , ngeriung dan menyampaikan petuah-petuah.
Mereka menikah dengan sesama orang di baduy dalam, bahkan dengan sepupu mereka. Prosesnya dengan dijodohkan. ada 3 tahapan lamaran, tunangan, dan proses pernikahan. Proses lamaran adalah rembug keluarga, proses tunangan dengan bertukar cincin (cincin yang kemarin ditunjukan kesaya adalah cincin perak), dan proses pernikahan dengan membawa seserahan.
Saat Wanita sedang hamil, mereka tetap pergi keladang, kecuali mereka merasa sakit atau sudah mendekati hari kelahiran. mereka melahirkan dirumah dengan memanggil dukun beranak. Suaminya menunggu di Luar ruangan (malu katanya kalau ada suami menemani). 7 Hari setelah melahirkan, para ibu sudah kembali bekerja diladang, dengan membawa anaknya yang berusia 7 hari. mereka menidurkannya di saung. Oya..bayi baduy yang berumur 7 hari, akan mendapatkan gelang yang terbuat dari kain, yang sudah didoakan oleh sang Pu'un (pemangku adat mereka)
Rata-rata umur orang Baduy adalah 80-an. Saat ini ada seorang pria yang mencapai umur 120. kami melihatnya nongkrong di depan rumahnya dari kejauhan. Proses kematiannya sama dengan kita, dibersihkan dan dibungkus dengan kain.
- Rumah Baduy dan Lumbung Padi-
Rumah orang-orang baduy ada di Perbukitan, berbentuk rumah panggung. terbuat dari Bambu dan beratapkan daun. Mereka tinggal menetap, mempunyai berbagai mata pencaharian. Mereka memiliki lumbung padi yang jauh dari pemukiman.
Orang-orang Baduy dalam bercerita, proses pengumpulan bahan-bahan untuk membuat rumah bisa sampai 1 bulan. Namun proses perakitannya, 1 hari mereka bisa merakit 20 rumah. Mereka membuat rumah dari bahan - bahan alam, dibuat secara gotong royong, pihak yang punya rumah memberikan makanan
Kami Menginap disebuah rumah warga Baduy Luar. Sesampainya disana, para perempuan bersiap untuk memasak. Hampir pukul 18.00 waktu itu, tanpa listrik, keadaan dapur begitu gelap. Kami memakai center dan lilin sebagai penerangan. Mereka memasak menggunakan kayu bakar. untuk ulekan, mereka menggunakan batok kelapa dan kayu sebagai ulekannya.
Untuk makan, mereka sudah menggunakan piring dan gelas seperti biasa. Namun kalau kita ada di Baduy dalam, mereka menggunakan Bambu sebagai gelasnya.
Menikmati Kegelapan malam di Baduy
Hari sudah semakin gelap. kami sudah makan dan membersihkan diri. Kami mulai menata senter dan menyalakan lilin. Malam itu diisi dengan berbagai cerita dari Babe. Babe juga sempat cerita tentang Soe Hok Gie, temannya kala di UI. Saya ercerita tentang keinginan saya bertemu pangeran berkuda putih saya (haha!) dan harapan bisa ngeliat bintang jatuh ;p .
Oya...malam itu juga dihiasi dengan cahaya dari Kunang-kunang...cahaya yang tidak mungkin bisa dilihat di negri bernama Jakarta ;p
Pemandangan Alam Baduy benar-benar memukau.
Pemandangan alam yang menakjubkan, air yang begitu jernih, daun-daun yang begitu hijau. Alam yang sungguh indah. ada berapa jembatan yang terbuat dari bambu dan akar. Sungguh indah.
Disuatu bukit di Baduy dalam, kami sangat takjub dengan suara seruling alam, hasil suara dari kincir raksasa dan Bambu panjang berlubang yang tertiup angin. menghasilkan suara yang begitu indah.
Dan kami takjub ketika melihat Kaki seribu yang begitu besar melintas dijalan setapak yang kami lalui.
-Kami, di Baduy :) -
Mengunjungi Baduy selalu menyenangkan. Perjalanan tracking yang asyik, disuguhi pemandangan alam yang begitu elok, ditemani dengan suara seruling alam. Kadang duduk melepas penat, tersandung batu, jatuh terjembab, dituntun naik bukit oleh anak baduy dalam berusia 6 tahun, diceritain kisah silsilah keluarga kerajaan bondowoso sepanjang perjalanan, Tinggal di rumah baduy penuh dengan kesederhanaan, tanpa penerangan dan tanpa signal HP. Sejenak melepas lelah ibukota, hanya menikmati kebersamaan malam, bercerita dan menikmati dingin dan hembusan angin baduy. Merasakan keramahan warga Baduy dalam, kesederhanaannya, kearifannya dalam menjaga alam dan adatnya.
"Orang-orang Baduy memilih tinggal di hutan, rumah berdinding bambu beratapkan daun, tanpa listrik, tidak terpengaruh oleh dunia luar..bukan karena mereka tidak mampu. Tapi itu pilihan mereka. Pilihan untuk menjaga alam dan adat istiadat mereka."
Dibuang Sayang
LPJ Pengeluaran Dana
Sekian,
Indah Kusumastuti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar